🐾 Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Bicara

Buku-bukunya yang diterbitkan di Gramedia Pustaka Utama adalah Sebuah Pertanyaan tentang Cinta,Atas Nama Malam,Kematian Donny Osmond, dan Sepotong Senja untuk Pacarku.Cerpen "Sebuah Pertanyaan untuk Cinta" pernah difilmkan dan ikut serta dalam festival film JIFFEST (Jakarta International Film Festival) Selengkapnya tentang Seno Gumira Ajidarma Di satu sisi ‘Nganal-Kodew’ mengandung unsur human interest yang memberikan penekanan pada fakta yang mampu menggugah emosi bagi para pembacanya karena ditulis dengan gaya jurnalisme sastra. Di sisi lain struktur ‘Nganal-Kodew” mencerminkan masyarakat Malang secara keseluruhan, sehingga memahami ‘Nganal-Kodew’ akan menemukan Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara: Belajar Memeram Ide dari SGA Diaz Setia W. Agustus 03, 2019 “KETIKA jurnalisme dibungkam, sastra harus bicara. Sepak terjang SGA kala menuliskan cerpen kritiknya pada masa Orde Baru ia tulis dalam bukunya yang berjudul "Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara". E-booknya sendiri banyak beredar dan bisa diunduh gratis di internet. Pend. Bahasa & Sastra Indonesia di salah satu kampus swasta kota itu. Saya tertegun dan tak bisa menjawab. Saya hanya ingat dan akhirnya saya utarakan ungkapan melekat Seno, bahwa “Ketika jurnalisme dibungkam, maka sastra bicara.” Tetapi jurnalisme sekarang tidak dibungkam. Sergah kakak sepupu saya sengit. Maka Seno Gumira Ajidarma yang seorang jurnalis-sastrawan pun berkata, “Ketika jurnalisme dibungkam, sastra harus bicara,” untuk mengukuhkan posisi sastrawan di atas awandan dibangunkan agar Gambaran akan pelanggaran Hak Azasi Manusia menjadi nilai utama dalam cerpen ini. Seno, sungguh sangat cerdas menuliskannya dengan gaya bahasanya yang ringan namun menyentuh pembacanya. Ciri gaya bahasa yang diteliti dalam stilistika adalah ciri yang memberikan efek tertentu kepada pembaca, tidak sekadar menghitung frekuensi penggunaan sarana Kehadiran kembali cerpen-cerpen SGA ini mengingatkan saya pada tulisan SGA yang dimuat dalam buku “Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Bicara”. Seno menulis (kalau saya tidak lupa) “Tak ada yang abadi, kecuali dokumentasi”. Rupanya, SGA serius dengan apa yang pernah dikatakannya. Jendela Sastra, media sastra Indonesia. inspirasi.co - Ketika jurnalistik berhadapan dengan tembok kekuasaan, sastra dapat digunakan sebagai saluran”. Begitu pesan Seno Gumira Ajidarma dalam buku antologi esainya, Ketika Jurnalisme Dibungkam, Sastra Harus Bicara (1997). “Menulis adalah suatu cara untuk bicara, suatu cara untuk berkata, suatu cara untuk menyapa—suatu cara untuk menyentuh seseorang yang lain entah di mana. Cara itulah yang bermacam-macam dan di sanalah harga kreativitas ditimbang-timbang.” ― Seno Gumira Ajidarma, Ketika Jurnalisme Dibungkam Sastra Harus Bicara UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti berterima kasih kepada penyunting dan mitra bestari Jurnal KEMBARA yang telah bersedia memberikan masukan-masukan untuk perbaikan artikel ini. DAFTAR PUSTAKA Abend-David, D. (2006). Sweet and functional. Bridges, 11(2), 158–161. Ajidarma, S. G. (2005). Ketika jurnalisme dibungkam sastra harus bicara. Ketika jurnalisme dibungkam sastra harus bicara. SG Ajidarma. Bentang Pustaka, 2005. 62: 2005: Layar Kata: Menengok 20 Skenario Indonesia Pemenang Citra Festival Film Axsq4Kp.

ketika jurnalisme dibungkam sastra bicara